Saturday 10 April 2010

Pertanyaan Yang Tak Jelas

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Agar saya tidak usah berlama-lama lagi menuju inti pokok tulisan saya yang tak jelas pada kesempatan kali ini. Langsung saja saya pancing beberapa uraian kata agar langsung menuju intinya. "Lawannya mati?"
"Ya, hidup."(sudah langsung pada intinya)

Bicara tentang "hidup", biasanya ada pertanyaan tak jelas yang serupa tapi sama, dan terkadang tidak jarang dan tidak sering pula mendengarkan pertanyaan tersebut, begini pertanyaannya kurang lebih, "Untuk apa sih kita hidup?" atau "Apa sih tujuan kita hidup?" dan yang hanya lakukan paling-paling hanya diam dan tak akan berniat menjawabnya. Karena pertanyaan tersebut sering saya dengar di film-film yang saya tonton, jadi buat apa saya menjawabnya, bisa dibilang gila juga walau saya sendiri juga tak bisa dibilang gila ataupun waras, maka lebih baik kalau "tidak jelas".
Baiklah, kembali kepada topik sebenarnya. Kalau di realitanya, pertanyaan seperti itu biasanya dilontarkan oleh bermacam-macam orang, latar belakang, agama, jenis kelamin, golongan darah, nomor baju & celana, dan sebagainya. Misal seorang "pencari tuhan" yang masih ragu atas kepercayaan yang dianutnya, karena mungkin semenjak lahir dia mempunyai keyakinan tersebut mengikuti orang tua mereka, keluarga mereka, jadi tak ada pilihan lain selain mengikutinya. Dan biasanya sifat karakter "pencari tuhan" itu muncul saat jiwa-jiwa tak jelas mulai muncul atau biasanya dikenal orang dengan singkatan "A.B.G.", Anak Baru Ga jelas. Ya seperti itulah masa-masa A.B.G. yang tak jelas, penuh kebimbangan, keragu-raguan, dan penuh rasa keingin tahuan.
Mengapa saya menyebutkan bahwa karakter tersebut muncul pada saat-saat itu? Karena pada masa-masa seperti itulah pengaruh bisa datang dari mana saja, dan biasanya masa-masa saat itulah patokan awal seseorang akan seperti apa kedepannya nanti. Pengaruh bisa datang dari teman dekat ataupun teman tidak dekat, guru ataupun bukan guru, kakak kelas ataupun bukan kakak kelas, dan masih banyak lagi. Dan pengaruh tersebut datangnya tidak hanya kebetulan saja, dengan secara tidak jelas masuk ke kehidupan seseorang yang baru menginjak usia tak jelasnya itu, tidak.. Pengaruh itu bisa datang dengan sangat terencana dan tersusun rapi untuk mengobrak-abrik pemikiran seseorang yang pikirannya masih labil dan belum jelas itu. Maka, saat pikiran seseorang telah tercampur dengan hal-hal tersebut, timbulah keragu-raguan dalam hatinya, bersamaan muncul dengan rasa keingintahuannya dengan mencari cari informasi dimana saja sampai dia menemukan jawaban yang dicarinya. Dan akhirnya, lahirlah seorang "pencari tuhan" baru di dunia ini...
Jadi, siapa yang harus di salahkan? Tentu saja orang tua, karena orang tua lah yang seharusnya mendidiknya, mengajarkannya yang baik-baik, dan mengajarkannya untuk tidak mudah dipengaruhi orang lain.
Dan saya akui, pikiran dapat menjadi lebih lemah dari fisik kita apabila pikiran kita tidak pernah dididik dengan baik, diajarkan dengan baik, agar pikiran tersebut tidak mudah dirasuki pikiran lain.

Tapi walau sebutannya "pencari tuhan", dapat juga disebut dengan sebutan "pencari Tuhan", dan orang tersebut dipengaruhi oleh pengaruh yang tidak datang dari luar masuk ke dalam pikiran dia. Tapi justru orang tersebut yang ingin mencari tahu, masih penasaran, dan ingin mendapat jawaban yang jelas, yang bersumber dan dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Bukan dari orang lain.
Walau sifat dari kedua karakter di atas sangat mirip, dan melontarkan pertanyaan yang serupa, tapi di sudut pandang saya, sebagai orang yang beragama yang "jelas" pula, efek dari kedua karakter itu sangat terpisah dan berbeda jauh, bagai langit dan kerikil.
Yang satu karena pengaruh orang lain yang mungkin sangat ekstrim, dan juga disertai jiwanya yang masih belum jelas, lengkaplah sudah, dan pasti orang itu akan mudah percaya apabila dari orang tuanya sendiri tidak memberikan bekal yang cukup.
Dan yang kedua karena pengaruh tersebut datang dari dirinya sendiri, maka secara mandiri dan secara naluriah, dia dapat bertindak mencari tahu sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Tak hanya karakter-karakter serupa yang saya sebutkan di atas yang bisa melontarkan pertanyaan tak jelas itu.
Seorang manusia biasa, mempunyai keyakinan yang cukup dan tak mudah dipengaruhi orang lain juga bisa melontarkan pertanyaan seperti itu. Biasanya hal tersebut dikarenakan keputus asaan, ketidak mampuan seseorang dalam melakukan sesuatu, yang kemudian orang tersebut malah menyalahkannya kepada Yang Lain, menyalahkan-Nya karena cobaan yang tidak bisa dilaluinya. Dan akhirnya timbulah suatu pertanyaan tak jelas tersebut.
Manusia akan sangat puas jika yang dipikirannya hanyalah selalu berpikiran akan dengan mudah melalui ini, itu. Dan tidak akan sangat kecewa apabila ini, itu tersebut sangatlah susah untuk dilalu, terlebih apabila tidak bisa melalunya sama sekali. Kekurang puasan akan menimbulkan kekecewaan, kekecewaan akan menimbulkan keputus asaan, keputus asaan akan menimbulkan keragu-raguan, keragu-raguan akan menimbulkan kekurang percayaan, kekurang percayaan itulah yang berhasil melontarkan kalimat pertanyaan yang saaaangat sangat tak jelas bentuk dan rupanya.
Ya memang seperti itulah sifat dasar manusia, dari semenjak manusia dilahirkan sampai mau dijemput ajalnya, seperti itu sifat dasar manusia yang sangat sangat tidak jelas. Tidak bisa dipungkiri lagi. Tinggal bagaimana kita mengendalikannya, minimal membatasi agar sifat dasar tersebut tidak muncul sama sekali. Dan itu juga merupakan cobaan untuk kita sebagai manusia yang dikaruniai pemikiran-pemikiran yang dapat menjadi bermacam-macam. Pemikiran sangat lah sensitif.
Perang pemikiran lebih dahsyat dari pada perang fisik. Perang pemikiran tak hanya dari luar, tapi juga bisa dari diri kita sendiri. Maka apabila kalah dalam bertempur, sifat-sifat dasar tersebut mungkin akan muncul dan sungguh merugikan kita. Karena pada dasarnya manusia benar-benar sangat merugi.

Kenapa saya share tulisan seperti ini? Karena beberapa saat yang lalu sempat terlintas di benak saya seperti itu. Alhamdulliah masih bisa menang :)

Dan kenapa harus 7 dari 8 wanita Indonesia???

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

No comments:

Post a Comment